0 FENOMENA MASYARAKAT ADAT PENIKAHAN KAYUAGUNG


Banyak sekali yang kita pelajari dalam masyarakat adat di kayuagung ini, contoh : midang di hari raya idul fitri di hari ke 3-4 lebaran, ada juga perayaan pernikahan dimana dari pihak perempuan membawa barang-barang rumag tangga alias seiisi rumah, ada juga adat pernikahan yang dinamakan setakatan dan rasan tuhe. Dari penyebutan saja sudah ada perbedaan yang terlihat, ada juga benda seperti seorang raja dinaikkan di atas “juli”namanya pengantin di arak-arak dengan menggunakan juli yang di angkut oleh warga masyarakat serta tajidur yang menyemarakannya, tapi sekarang tajidur kurang diminati karena sudah adanya alat musik yang modern yaitu “orgen tunggal” dalam penjelasan ini akan saya paparkan adat-adat yang ada di kayuagung.  Berawal dari sebuah pernikahan dari kayuagung terbagi menjadi 2 bagian yaitu  1. Setakatan/Kawin Lari, dan  2. Rasan Tuhe/Melamar.
Setakatan dikenal oleh masyarakat adat kayuagung dengan Kawin Lari dikarenakan si laki-laki setelah mendapat persetujuan dari perempuan untuk menikah dengan nya, lalu si laki-laki (bahasa kayuagung : Bengiyan) membawa siperempuan (bahasa kayuagung : Pengantin)  ke kantor kelurahan untuk meminta persutujuan dari Lurah (dalam bahasa kayuagung ; Pengawe) setempat.  Setelah mendapat surat pengantar dari Kantor Kelurahan Pihak laki-laki jemput perempuan tersebut untuk ketempat ke laki-laki. Lalu ditanya lagi laki-laki dan perempuan tersebut apakah benar-benara mau menikah????? Oleh pihak yang menikah kan bisa disebut dengan pengawe. Dan tak lupa wali dari pihak si laki-laki membawa makanan seperti halnya nasi masak kuning (omi samen), berbagai macam bolu, ayam goreng, gula, dan berbagai makanan lainnya. Setelah itu terjadi lah akad nikah. Dimana seperti biasa prosesi adat menikah nya. Setelah itu,  adanya Tandan Sujud ke tempat laki-laki. Lalu si perempuan (bengiyan) Anan Tuwoy (si pengantin meneteap sementara dibenue (rumah) nya sendiri satu hari saja)  barang-barang  yang diiberikan oleh pihak laki-laki seperti bolu 2 tingkat

dan berbagai macam makanan lai, serta barang-barang untuk si pengantin. Setelah itu siperempuan di diantar oleh pihak laki-laki untuk kerumah si bengiyan (laki-laki) dan terjadi lah malam pertama. Biasanya adat setakatan ini sangat berbeda jauh dengan Rasan Tuhe (Lamaran ) bedanya di proses lamaran yaitu dimana kalau setakatan hanya sebentar dan biasanya pernikahan terjadi pada malam hari. Karena kalau dikatakan pernikahan yang sederhana pihak perempuan hanya bawa seadanya yang dia punyai, berbeda jauh dengan dengan Rasan Tuhe /Lamaran.
Rasan Tuhe (dalam bahasa kayuagung “Melamar” di istimewakan) adat prosesi lamarannny berbeda sama memang tapi lebih spesipik. Dalam hal ini prosesnya lebih panjang dari setakatan, dari zaman-zaman telah terjadi perbedaan yang sangat signifikan tapi kebudayaan nya masoh tetap tidak bisa ditinggalkan. Adat proses pernikahn yang dinamakan Rasan Tuhe yaitu laki-laki terlebih dahulu bertanya kepada perempuan, setelah siperempuan menyetujui nya si laki-laki bertanya kepada ibunya. Setelah selesai dan diterima hari selanjutnya orang tua laki-laki melamar yang pertama alias melakukan penyelidikan dengan bertanya kepada lurah/orang setempat. Terus dilanjutkan dihari berikutnya orang tua laki-laki beserta keluarga besarnya membawa barang berupa makanan (alias sanjow pertama) seperti membawa bolu, kopi, gula, susur sindang  dan lain-lain. Dalam hal ini si calon pengantin belum dipertemukan dengan pihak laki-laki harus di sembunyikan dulu karena pembicaraan keluarga besar pihak laki-laki dengan pihak perempuan untuk membicarakan kapan terlaksana ny pernikahan tersebut. Adanya janji prapernikahan antara pihak laki-laki dengan perempaun seperti pihak laki-laki memberikan sesuatu uang/ emas untuk si pihak perempuan guna menggantikan barang-barang yang akan di bawa oleh si calon pengantin tersebut.
Sebelum hari pernkahan nya tibanya, di lakukan lah yang dinamakan berpacar alias si pengantin dibawa ke temapat bengiyan untuk berpacar dengan membawa mouli
(gadis) muanay (bujang) untuk menemani si calon pengantin ketempat si calon bengiyan. Sedangkan tuan rumah bengiyan menyediakan juga mouli muanai dari kampunng mereka, serta pacar yang akan dipakai dengan si pengantin dan bengiyan. Yang dibantu oleh mouli muanay dari kampung sicalon bengiyan atau si calon pengantin.
Setelah ditentukan kapan hari pernikahan tersebut di langsungkan lah pernkahan tersebut dari pihak laki-laki membawa tandok yang berisi barang-barang bawaan berupa makanan, dan lain-lain. Dengan sakralnya pernikahan terjadi seperti biasa lah proses pernikahnnya, dan tak lupa kalau di kayuagung dapat juluk buat si pengantin dan si bengiyan misal nya “ raden jaya”  juluk tersebut memili arti tersendiri bagi yang menikah. Dan tak lupa ada makanan yang namanya “juadah” makanan yang diberi nama juluk tadi untuk diberi kepada orang yang datang dalam pernikahan tersebut.
Dan bawaan yang dibawa tadi di bongkar dan dibagi  kepada pihak perempuan dan masyarakat sekitar gunanya ucapan terima kasih kepada yang membantu dalam proses pernikahan ini. 
Dalam proses nya si pengantin dalam satu hari harus mengganti pakaiannya 7 kali ganti pakaian. Mula Pernikahannya namanya yang mana kebaya 7 lembar (warna-warni pakaiannya) dan kumpulnya bujang gadis untuk menyemarakan pesta pernikahan tersebut. Kalau diperkirakan dari waktu yaitu jam 09.00-10.00 untuk kungayan (ciri khas pakaian dari kedua belah pihak) akad nikah, setelah itu masyarakat makan dengan hiburan yang disediakan kalau dulu memakai tajidor/orkestra tapi sekarang sudah berkembang menjadi orgen tunggal. Dan tak lupa adanya mouli muanay dari kampung dsi bengiyan dan si pengantin, biasanya pernikah diadakan di tempat laki-laki tetapi itu semua kesepakatan kedua belah pihak.
Setelah pernikahan selesai diadakannya lah pihak laki-laki menyemput barang-barang dari pihak pengantin tadi untuk dibawa kerumah barang-barang tersebut yang di bawa pengantin bisa berupa lemari pakaian, alat-alat dapur, tempata tidur, alat-alat perabotan rumah tangga, dan lain-lain tergantung dari si pengantin tadi. Yang dinamakn dengan bahasa kayuagung “manjow kawin”
Setelah itu si lak-laki kepihak perempuan untuk menyemput perempuan ketempat laki-laki dan jampi-jampi oleh pihak perempuan orang tertua. laki-laki jemput perempuan dalam artian bahasa kayuagung nya tandan sujud. dan pihak tuan rumah menyediakan makan-makan untuk si pihak laki-laki.



selesai lah proses nya berbahagia mereka dengan rumah tangga nya. Sebelum puasa si laki-laki menyiapkan barang makanan yang diperlukan dalam antar-antaran untuk ke pihak perempuan buat antar barang-barang. dan setelah bulan ramadhan alias lebaran “sarah” (pihak perempuan antat-antatan laki-laki diperempuan) dan tak lupa si siperempuan memakai pakaian pengantin kalau mau mengantar-antar.
Solusinya : Agar kita tidak mengikuti adat yang menurut kita berlebihan maka dari itu, pilihlah menurut apa yang kita sukai sesuai dengan keinginan masing-masing individu. Dan juga suatu budaya tersebut perlu dilestarikan karena itu adlaah pewaris dari turun-menurun. Tapi bisa-bisa lah memilah mana yang baik menurut masing-masing individu.

NAMA kARYA : ABDUL RAHMAN RAZIK
TINGGAL          : KUTARAYA
WEB                   : mastergocapricon.blogspot.com

0 comments:

Post a Comment

 

kingdom dfc Copyright © 2011 - |- Template created by O Pregador - |- Powered by Blogger Templates