BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap masyarakat senantiasa mempunyai penghargaan
tertentu terhadap hal-hal tertentu dalam masyarakat yang bersangkutan. Kalau
suatu masyarakat lebih menghargai kekayaan material dari pada kehormatan,
misalnya maka mereka yang mempunyai kekayaan material akan material akan
menempati kedudukan yang lebih tinggi. Apabila dibandingkan dengan pihak lain.
Gejala tersebut menimbulkan lapisan masyarakat yang merupakan pembedaan
seseorang atau sekelompok orang dalam kedudukan yang berbeda secara vertikal.
Bahkan pada zaman dahulu,
filosof Aristoteles (Yunani) mangatakan didalam Negara terdapat 3 unsur yaitu
mereka yang kaya sekali, yang melarat, Dan yang berada ditengah-tengahnya. Pada
zaman itu orang telah mengakui adanya lapisan masyarakat yang mempunyai
kedudukan bertingkat-tingkat dari bawah ke atlas. Sosiologi pritim A Sorokin,
pernah mengatakan bahwa system lapisan merupakan ciri yang tetap Dan umum dalam
setiap masyarakat.
Bentuk-bentuk lapisan
masyarakat berbeda-beda Dan banyak sekali. Lapisan-lapisan tersebut tetap ada,
sekalipun dalam masyarakat kapitalis, demokratis, komunistis Dan lain
sebagainya. Lapisan masyarakat tadi mulai ada sejak manusia mulai mengenal
adanya kehidupan bersama didalam organsisasi sosial.
Bentuk control lapisan masyarakat tersebut banyak, akan tetapi secara prinsipil
bentuk-bentuk tersebut dapat diklasifikasikan kedalam tiga macam kelas yaitu
ekonomi, politis, Dan yang didasarkan pada jabatan tertentu dalam masyarakat.
Umumnya ketiga bentuk
pokok ini mempunyai hubungan yang erat satu dengan yang lainnya. Misalkan mereka
yang masuk dalam suatu lapisan atlas dasar politis, biasanya juga merupakan
orang-orang yang mendududki suatu lapisan tertentu atlas dasar ekonomis. Hal
itu semuanya tergantung pada system nilai yang berlaku serta berkembang dalam
masyarakat bersangkutan.
B. Rumusan Masalah
Dari apa yang telah disentil diatas maka saya dapat menarik suatu langkah yaitu
rumusan masalah :
1. Apa sebenarnya lapisan masyarakat itu ?
2. Bagaimana sehingga terjadinya lapisan masyarakat ?
3. Apa peran lapisan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari ?
C. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah dimaksud untuk kita dapat membatasi pembahasan yang kita
bahas agar makalah kita dapat sajikan terarah Dan ilmiah. Berikut dapat kita
lihat dalam tiga item dibawah ini :
1. Peranan lapisan masyarakat terhadap lingkungan sosial Dan masyarakat itu
sendiri.
2. Proses-proses terjadinya lapisan masyarakat.
3. Peranan system lapisan masyarakat kelas sosial, unsur, Dan dasar lapisan
masyarakat.
D. Tujuan Pembahasan.
a. mahasiswa
bisa mendeskripsikan makna stratifikasi sosial dengan mendalam.
b. kita bisa
mengetahui asal usul terjadinya stratifikasi sosial dalam kelompok masyarakat.
c. dapat
meneliti sifat-sifat stratifikasi sosial masyarakat antara yang baik untuk
ditiru dan yang tidak pantas untuk
ditiru.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Terjadinya
Lapisan Masyarakat
Stratifikasi berasal dari bahasa latin “stratus” yang
artinya lapisan/tingkatan. Di dalam masyarakat terdapat sejumlah lapisan dengan
jumlah yang berbedabeda. Hal itu tidak lain karena di masyarakat terjadi
perbedaan sosial. Seorang sosiolog Pitiram A.osorkin, dalam bukunya yang
berjudul social and cultural mobility mngemukakan bahwa sistem berlapis-lapis
tiu merupakan ciri yang tetap dan umum dala, setiap masyarakat yang hidup
teratur. Ia menyebut sistem berlapis-lapis dalam masyarakat itu dengan istilah
social stratification. Selanjutnya, dikatakan bahwa social stratification
adalah penggolongan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara
bertingkat dan wujudnya adalah kelas-kelas tinggi dan kelas-kelas rendah.
Bahkan pada zaman kuno dahulu, filosof Aristoteles
(Yunani), mengatakan di dalam Negara ada tiga unsur, yaitu mereka yang kaya
sekali, yang melarat, dan yang berada diantara keduanya.ucapan demikian sedikit
banyak membuktikan bahwa pada zaman itu, dan sebelumnyaorang telah mengakui
adanya lapisan masyarakat yang mempunyaikedudukan yang bertingkat-tingkat dari
yang bawah sampai yang atas.
Barang siapa yang memiliki sesuatu yang berharga dalam
jumlah yang banyak, dianggap masyarakat berkedudukan dikalngan atas. Mereka
yang sedikit sekali atau bahkan yang tidak sesuatu yang berharga dalm pandangan
masyarakat mempunyai kedudukan yang rendah. Di antara lapisan yang atasan dan
rendah itu, ada lapisan jumlahnya dapat ditentukan sendiri olah mereka yang
hendak mempelajari system lapisan masyarakat itu.
Biasanya golongan lapisan masyarakat atas tifak hanya
memiliki satu macam saja dari apa yang dihargai oleh masyarakat, tetapi
kedudukannya yang tinggi itu bersifat komulatif. Mereka yang memilki uang
banyak, akan mudah sekali mendapatkan tanah, kekuasaan dan mungkin juga
kehormatan, sedang mereka yang mempunyai kekuasaan besar mudah menjadi kaya dan
mengusahakan ilmu pengetahuan.System lapisan dalam masyarakat tersebut, dalam
sosiologi ddikenal dengan social stratification. Kata stratification berasal
dari stratum, jamaknya strata yang berarti lapisan. Pitirim A. Sorokin
menyatakan bahwa social stratification adalah pembedaan penduduk atau
masyarakat kedalam kelas yang bertingkat-tingkat (hirarkis).
Perwujudannya adalah kelas tinggi dan kelas yang lebih
rendah. Selanjutnya menrut Sorokin, dasar dan inti lapisan masyarakat tidak
adanya keseimbangan dalam pembagian hak dan kewajiban, kewajiban dan tangggung
jawab nilai-nilai sosial dan pengaruhnya diantara anggota-anggota masyarakt. Masyarakat
yang berstratifikasi sering dikiaskan dengan gambar sebuah limas yang
berlapis-lapis. Lapisan bawah adalh yang paling besar dan lapisan berikutnya
menjadi lebih sempit. Terdapat pendapat yang menyamakan antara lapisan dengan
kelas.
Namun sebenarnya terdapat perbedaan antara keduanya.
Marx berpendapat bahwa kelas adalah suatu lapisan masyarakat yang orangnya
mempunyai kedudukan dan peran yang sama terhadap alat-alat produksi dan peredaran
barang. Karena mereka mempunyai kepentingan ekonomi yang sama, menghadapi nasib
dan masalah kehidupan yang sama, dan harapan serta cita-cita yang sama pula.
B.
Sifat Sistm
Lapisan Masyarakat
Sifat dari sistem berlapis-lapisan dalam masyarakat
ada yang tertutup dan ada yang terbuka. Yang bersifat tertutup tidak
memungkinkan pindahnya orang dan suatu lapisan ke lapisan yang lain, baik gerak
pindahnya ke atas atau ke bawah. Keanggotaan dari lapisan tertutup diperoleh
melalui kelahiran. Sistem lapisan tertutup dapat dilihat pada masyarakat yang
berkasta, masyarakat yang feodal, atau masyarakat yang sistem pelapisannya
bersifat terbuka, setiap anggota mempunyai kesempatan buat berusaha dengan
kecakapannya sendiri untuk naik lapisan, atau kalau tidak beruntung, dapat
jatuh kelapisan di bawahnya.
Sifat dan system pelapisan sosial di dalam suatu
masyarakat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu ada yang bersifat tertutup, ada
yang bersifat terbuka, dan ada yang bersifat campuran. Yang bersifat tertutup
membatasi kemungkunan pindahnya seseorang dari satu lapisan kelapisan yang
lain. Baik yang merupakan gerak ke atas atau bawah. Di dalam system yang
demikian, satu-satunya jalan untuk menjadi anggota suatu lapisan dalam
masyarakat adalah kelahiran.Sebaliknya di dalam system terbuka, setiap anggota
masyarakat mempunyai kesempatan untuk berusaha dengan kecakapan sendiri untuk
naik lapisan, atau, bagi mereka yang tidak beruntung, untuk jatuh dari lapisan
atas kelapisan bawahnya.
Pada umumnya system terbuka ini memberi perangsang
yang lebih besar kepada setiap anggota masyarakat untuk dijadikan landasan
pembangunan masyarakat dari ada system yang tertutup.System
tertutup jelas terlihat pada masyarakat India yang berkasta. Atau didalam
masyarakat yang feodal, atau di dalam masyarakatnya yang mana lapisannya
tergantung pada perbedaan rasial. Apabila ditelaah pada masyarakat India,
system lapisan disana sangat kaku dan menjelma dalam diri kasta-kasta. Kasta di
India mempunyai cirri-ciri tertentu, yaitu:
- keanggotaan pada kasta diperoleh karena kewarisan/kelahiran.
- Keanggotaan yang diwariskan itu berlaku seumur hidup, oleh karena seseorang tak mungkin mengubah kedudukannya, kecuali dia dikeluarkan dari kastanya.
- Perkawinan bersifat endogam, artinya harus dipilih dari orang yang sekasta.
- Hubungan antara kelompok-kelompok sosial lain sifatnya terbatas.
- Kesadaran pada keanggotaan suatu kasta yang tertentu, terutama nyata dari nama kasta, identifikasi anggota pada kastanya, penyesuaian diri yang ketat terhadap norma-norma kasta.
- Kasta diikat oleh kedudukan yang secara tradisional telah ditetapkan.
- Prestise suatu kasta sangat diperhatikan.
C.
Kelas sebagai dimensi pelapisan sosial
Karl Marx beranggapan, bahwa masyarakat dan
kegiatan-kegiatannya pada dasarnya merupakan alat-alat yang terorganisasi agar
manusia dapat tetap hidup. Di sana kelas merupakan kenyataan dalam masyarakat
yang timbul dari sistem produksi, akibat ada anggota yang memiliki tanah dan
alat-alat produksi dan yang tidak mempunyai serta hanya memiliki tenaga untuk
disumbangkan dalam proses produksi.Istilah kelas terkadang tidak selalu
mempunyai arti yang sama. Ada kalanya yang dimaksud dengan kelas ialah semua
orang dan keluarga ynag sadar akan kedudukannya di dalam suatu lapisan,
sedangkan kedudkan mereka itu diketahui serta diakui oleh masyarakat umum.
Pandangan lain terhadap kelas-kelas ada yang
menggunakan penilaian fungsional dan historis. Terbentuknya kelas-kelas menurut
aliran fungsional diperlukan untuk menyesuaikan masyarakat dengan keperluan
yang nyata dan gejalanya dimengerti apabila diketahui riwayat terjadinya seprti
dalam abad ke-19, yaitu sebagai berikut:
- pada awalnya manusia hidup berkelompok tanpa tatanan sosial tertentu. Setiap pribadi merdeka dan sama derajat. Sarana produksi belum tercipta, sehingga penduduk tidak terbagi-bagi atas dasar pemilikan keahlian.
- usaha tani berkembang, sumber daya terbatas sehingga menuntut hadirnya peralatan-peralatan khusus yang pada gilirannya menciptakan kesempatan-kesempatan baru atas penguasaan alat yang tidak setiap orang mampu memilikinya. Yang tidak mampu membeli atau menyewa peralatan mesti bekerja keras atau bekerja bagi yang memiliki. Secara mendasar manusia mulai terbagi, dan prinsip perbudakan mulai merembes dan menggeser struktur dasar.
- perbudakan berkembang berubah kearah prinsip-prinsip kuli kontrak. Orang yang dulunya budak pelan-pelan bergeser statusnya mengikuti pergeseran pemilikan lahan. Meskipun mereka merdeka, keterikatan pada lahan membuatnya tidak berdaya mengikuti kehendak tuan-tuan tanah. Meski nyawa tetap di badan, namun bila tanah garapan dijual dan tuan pemilik berganti, maka terbawa pula seluruh kuli yang ada di dalam tata usaha pengolaan lahan itu.
- prinsip kuli kontrak memberi kesempatan bagi tumbuhnya benih-benih feodalisme, tata penguasaan di tangan minoritas bangsawan. Buruh jadi bergantung pada lahan usaha tempat ia mengandalkan hidupnya. Dirnya terikat kepada Aristrokrat. Hak-hak yang dimilikinya baik hak sipil maupun hak sosial tetap saja hilang.
- struktur dasar bergeser kearah prinsip borjuis. Lapisan ini bukan petani, bukan aristokrat melainkan kelas menengah. Dengan memiliki alat dan sarana-sarana produksi, kelompok ini mampu menguasai indusri dan mesin.
- kini kaum borjuis memperoleh keuntungan yang besar. Maka muncul gejala baru, yaitu lapisan ini menjadi embrio sebuah kapitalisme industri. Perkembangan selanjutnya adalah memberi peluang terhadap terjadinya pertentangan kelas.
Bentuk lapisan masyarakat berbeda-beda dan banyak
sekali. Lapisan-lapisan tersebut tetap ada, sekalipun dalam masyarakat
kapitalis, demokratis, komunistis, dan lain sebagainya. Lapisan masyarakat
tersebut mulai ada sejak manusia mengenal adanya kehidupan bersama dalam satu
organisasi sosial. Misalnya pada masyarakat yang bertaraf kebudayaan masih
bersahaja. Lapisan masyarakat mula-mula didasarkan dari perbedaan seks,
perbedaan anatara pemimpin dan yang dipimpin, golongan buangan budak dan bukan
buangan budak, pembagian kerja dan bahkan juga suatu pembedaan berdasarkan
kekayaan. Semakin rumit dan semakin maju teknologi masyarakat, semakin kompleks
pula system suatu masyarakat. Lapisan tersebut, tidak hanya dijumpai pada
masyarakat manusia tetapi juga pada masyarakat hewan merayap, menyusui, dan
lain sebagainya. Bahkan dikalangan hewan menyususi, umpamanya kera, ada lapisan
pimpinan dan yang dipimpin, ada pula perbedaan pekerjaan yang didasarkan
perbedaan seks. Demikian juga dikalangan dunia tumbuh-tumbuhan. Dikenal ada
tubuhanan parasitis, yang sanggup berdiri sendiri.
Bentuk-bentuk konkrit lapisan masyarakat tersebut
banyak. Akan tetapi secara prinsipil bentuk tersebut dapat diklasifikasikan
ketiga macam kelas, yaitu yang ekonomis, politis, dan yang didasarkan pada
jabatan-jabatan trtentu dalam masyarakat. Umumnya ketiga pokok tersebut
mempunyai hubunyan erat satu dengan yang lainnya, di mana terjadi saling
pengaruh mempengaruhi. Misalnya, mereka yang masuk dalam lapisan ats dasar
ukuran politis, biasanya juga merupakan orang-orang yang meduduki suatu lapisan
tertentu atas dasar lapisan ekonomis. Demikian pula mereka yang kaya biasanya
menempati jabatn-jabatan yang senantiasa penting. Akan tetapi, tidak semua
demikian keadaanyan. Hal itu semuanya tergantung pada system nilai yang berlaku
serta berkembang dalam masyarakat bersangkutan.
Selain itu, adapula masyarakat yang mendasarkan
penilaian dan penentuan status sosial pada pendidikan dan pemikiran tanah. Jadi
kriteria sosial bagaimanapun bentuknya berfungsi untk menilai dan menempatkan
orang-orang atau grup dalm stratum, dalm system hirarki masyarakat. Sehingga
adanya beberapa system yang lahir dalam stratifikasi masyarakatn yaitu:
- system kasta.
Istilah kasta diambil dari kata Portugis “casta”,
yang berarti keturunan atau ras. Adapun di India istilah Varna berarti warna
dipakai sebagai sinonim kata tersebut. Lumberg menjelaskan bahwa kasta
merupakan suatu kategori yang anggotanya yang ditunjuk dan ditetapkan pada
status yan permanen dalam hirarki sosial yang diberikan serta perhubungannya
dibatasi sesuai dengan statusnya. System kasta ini merupakan bentuk yang paling
kaku dan mempunyai garis batas yang paling jelas dari bentuk stratifikasi
sosial.
2.
System
kelas.
Bertolak belakang dengan system kasta yang kau dan
tertutup, system kelas lebih fleksibel dan membuka kemungkinan membuka gerak
sosial. Oleh karena itu kelas tidak terorganisoir dan juga tidadk tertutup atas
dasar penentuan hukum atau agama seperti yang terdapat dalam stratum dengan
sistemnya yang kaku dan mudah diidentifikasi. Kelas sosial bukan warisan
keluarga, kelas sosial dapat dicapai dan diubah sesuai dengan usaha dan
prestasi seseorang walaupun besarnya mobilitas seperti itu dari masyarakat ke
masyarakat lainnya sangat bervariasi.
Adapun stratifikasi sosial cenderung mengekalkan
diferensiasi atau perbedaan peranan dan status tersebut. Orang-orang melalui
proses tertentu, ditetapkan (fixed) dalam struktur masyarakat. Dalam beberapa
kasus, peranan dan status berkembang sangat tetap sehingga stratifikasi sosial
yang mengindikasikan peranan dan status itu sangat tertutup dan kaku. Dalam
deferensiasi, strata yang dimiliki seseorang dianggap taraf permulaan bagi
terciptanya stratifikasi sosial, hal itu tidak terjadi begitu saja, melainka
melalui prosesyang panjang.
Awal mulanya dengan membedakan seseorang dengan yang
lain, dipilih dan dalam grup-grup dan
selanjutnya perbedaan itu cenderung menjadi tetap (fixed) dan terciptalah
stratifikasi sosial itu dalam masyarakat. Namun demikian, tidak ditafsir bahwa
semua diferensiasi akan mengarahkan kepada stratifikasi soosial. Sebab didalam
masyarakat terdapat kekuatan atau daya yang mendorong penghapusan perbedaan
atau diskriminasi di antara sesama musia. Humberg menjelaskan bahwa
stratifikasi sosial merupakan devinisi dari suatu populasi kedalam atau lebih
lapisan dan setiap lapisan itu relatif homogen.
D.
Dasar
terjadinya lapisan masyarakat.
Lapisan-lapisan sosial masyarakat atau stratifikasi
sosial dalam masyarakat bisa terjadi, dikarenakan tidak adanya keseimbangan
dalam pembagian hak-hak dan kewajiban serta bertanggung jawab diantara
anggota-anggota masyarakat yang bersangkutan. Sehingga muncul proses dimana
kemunculan itu bisa dengan sendirinya dalam proses pertumbuhan masyarakat itu
sendiri. Kemudian lapisan masyarakat yang munculnya disengaja yang disusun
untuk mengejar suatu tujuan bersama. Dan yang menjadi faktor utama munculnya
lapisan sosial sengaja adalah kepandaian, tingkat umur (yang senior), sifat
keaslian keanggotaan kerabat seorang kepala masyarakat.
Dilihat dari prosesnya, stratifikasi sosial dalam
masyarakat dapat terjadi dengan sendirinya, tetapi juga terdapat unsur-unsur
kesengajaan untuk dibuat bertingkat-tingkat. Koencoroningrat mengemukakan bahwa
sesuatu yang berharga dapat dibedakan menjadi tujuh macam, yaitu:
- Kualitas atau kepandaian.
- Tingkat usia atau senioritas.
- Sifat keaslian.
- Keanggotaan kaum kerabat kepala masyarakat.
- Pengaruh dan kekuasaan.
Secara teorotis semua manusia dapat dianggap
sederajat. Akan tetapi sesuai dengan kenyataan hidup kelompok-kelompok sosial,
halnya tidaklah demikian.Pembedaan atas lapisan merupakan gejala universal yang
merupakan bagian system sosial setiap masyarakat.
Untuk meneliti terjadinya proses-proses lapisan
masyarakat, dapatlah pokok-poko sebagai berikut:
- sistem lapisan mungkin berpokok pada system pertentangan dalam masyarakat. System demikian mempunyai arti yang khusus bagi masyarakat tertentu yang menjadi objek penyelidika.
- sistem lapisan dapat dianalisis dalam ruang lingkup unsure-unsur sebagai berikut:
- distribusi hak-hak istimewa yang obyektif seperti misalnya penghasilan, kekayaan, keselamatan (kesehatan laju angka kejahatan), wewenang, dan sebagainya.
- sistem pertanggaan yang diciptakan para warga masyarakat (prestise dan penghargaan).
- kriteria system pertentangan, yaitu apakah didapat berdasarkan kualitas pribadi, keanggotaan kelompok kerabat tertentu, milik, wewenang atau kekuasaan.
- lambang-lambang kedudukan, tingkah laku hidup, cara berpakaian, perumahan, keanggotaan pada suatu organisasi dan selanjutnya.
- mudah atau sukarnya bertukar kedudukan.
- solidaritas diantara individu-individu atau kelompok yang menduduki kedudukan yang sama dalam system sosial masyarakat.
Seperti telah diuraikan ada pula system lapisan yang
disengaja disusun untuk mengejar tujuan bersama. Hal itu biasanya berkaitan
dengan pembagian kekuasaan dan wewenag resmi dalam organisasi formal, seperti
pemerintah, perusahaan, partai politik, angkatan bersenjata atau perkumpulan.
Kekuasaan dan wewenang merupakan unsure-unsur khusu dalam system lapisan.
Hubungan-hubungan yang ada dalam masyarakat, merupakan
hubungan antar peranan antar individu dalam masyarakat. Peranan di atur oleh
norma-norma yang berlaku. Misalnya, norma kesopanan menghendaki agar seorang
laki-laki bila berjalan bersama seorang wanita harus disebelah luar. Peranan
yang melekat pada diri seseorang harus dibedakan dengan posisi dalam perrgaulan
kemasyarakatan. Jadi, seseorang menduduki suatu posisi dalam masyarakat serta
menjalankan suatu peranan.
E.
Lapisan yang
Sengaja Sisusun
Sistem kasta di India telah ada sejak abad-abad yang
lalu. Istilah untuk kasta dalam bahasa India dinamakan yati; sedangkan
sistemnya disebut varna. Menurut kitab Rig-Veda dan kitab-kitab
Brahmana, dalam masyarakat India kuno dijumpai empat varna yang tersusun dari
atas ke bawah. Masing-masing adalah kasta Brahmana, Ksatria, Vaicya, Sudra.
Kasta Brahmana merupakan kasta para pendeta, yang dipandang sebagai lapisan
tertinggi. Ksatria merupakan kasta-kasta bangsawan dan tentara, dipandang
sebagai lapisan yang kedua. Kasta Vaicya merupakan kasta para pedagang yang
dianggap sebagai lapisan yang menengah (ketiga) dan Sudra adalah kasta
orang-orang biasa (jelata).
Mereka yang tak berkasta, adalah golongan Paria.
Susunan kasta tersebut sangat kompleks dan hingga kini masih dipertahankan
dengan kuat, walaupun orang-orang India sendiri kadangkala tidak mengakuinya.
Sistem kasta semacam di India, juga dijumpai di Amerika Serikat, dimana
terdapat pemisahan yang tajam antara golongan kulit putih dengan golongan kulit
berwarna terutama oranr-orang Negro. Sistem tersebut dikenal dengan segregation
yang sebenarnya tidak berbeda jauh dengan sistem apartheid yang
memisahkan golongan kulit putih dengan golongan asli di Uni Afrika Selatan.
Dan yang ketiga adalah system lapisan yang campuran
sehingga bisa memberikan kesempatanpada seseoranguntuk melakukan perpindahan
dari satu lapisan kelapisan lain, baik gerak keatas maupun kebawah. Namun
demikian itu dibirikan kepada blok-blok tertentu. Seperti halnya untuk menjadi
pejabat tertentu dipersyaratkan tentang IQ seseorang tersebut. Akan tetapi,
apabila suatu maysrakat hendak hidup dengan teratur, maka kekuasaan dan
wewenang yang ada harus dibagi dengan teratur pula. Sehingga jelas bagi
seseorang ditempat mana letaknya kekuasaan dan wewenang dalam organisasi secara
vertikal dan horizontal.
F.
Perlunya
Sistem Lapisan disusun
Apabila kekuasaan dan wewenang tidak dibagi secara
teratur, maka kemungkinan besar akan terjadi pertentangan-pertentangan yang
dapat membahayakan keutuhan-keutuhan masyarakat. Dengan demikian mau tidak mau
ada system lapisan masyarakat, karena dengan adanya lapisan tersebut maka
permasalahan dalam masyarakat dapat diselesaikan, seperti halnya penempatan
individu dalam tempat-tempat yang tersedia dalam struktur sosial dan mendorong
agar masyarakat bergerak susuai dengan fungsinya.
Karena tergantung pada bentuk dan kebutuhan masing-masing
masyarakat. Jelas bahwa kedudukan dan peranan yang dianggap tertinggi oleh
setiap masyarakat adalah kedudukan dan peranan yang dianggap terpenting serta
memerlukan kemampuan dan latihan-latihanyang maksimal.
Dengan demikian masyarakat menghadapi dua persoalan,
pertama menempatkan individu-individu tersebut dan kedua mendorong agar mereka
melaksanakan kewajibannya. Apabila semua kewajiban selalu usai dengan keinginan
si individu, dan sesuai pula dengan kemampuan-kemampuannya dan seterusnya, maka
persoalan tidak akan terlalu sulit untuk dilaksanakan. Tetapi kemampuan dan
latihan-latihan.
Beberapa
kriteria umum penentuan status dalam stratifikasi sosial, yaitu sebagai
berikut:
·
Ø kekayaan
dalam berbagai bentuk yang diketahui oleh masyarakat diukur dalam kuantitas
atau dinyatakan secara kualitatif. Standar kehidupan yang diperlihatkan serta
sumber-sumber kekayaan secara kualitatif. Standar kehidupan yang diperlihatkan
serta sumber kekayaan secara sosial bermakna untuk menentukan status dalam
stratifikasi yang ada.
·
Ø daya guna
fungsional orang-perorangan dalam hal pekerjaan, misal sebagai eksekutif, guru,
ilmuan, buruh biasa atau yang terampil sangat menentukan dan memengaruhi
status.
·
Ø keturunan
menunjukkan reputasi keluarga, lamanya berdiam di suatu tempat, latar belakang
rasial atau etnis dan kebangsaan.
·
Ø
agama menunjukkan tingkat kesalehan seseorang dalam menjalankan ajaran
agamanya.
Dari berbagai hal di atas apabila suatu masyarkat
hendak hidup dengan teratur, maka kekuasaan dan wewenang yang ada harus dibagi
dengan teratur pula. Sehingga jelas bagi setiap orang di tempat mana lentaknya
kekuasaan dan wewenang dalam organisasi, secara vertikal dan horisontal.
Sehingga perihal dalam berbagai aspek mengenai pelapisan masyarakat itu harus
mencangkup berbagai aspek terutama yang telah tertera di atas.
BAB III
PENUTUP
A .
Kesimpulan.
Dari sitem lapisan yang sudah kita jelaskan diatas
bahwasannya lapisan sosial yang ada
dalam kelompok masyarakat itu bermacam-macam, ada yang terbuka, tertutup dan
campuran, dari pada itu setiap masyarakat yang mengiginkan kelancaran dalam
hidup ditengah-tengah masyarakat pasti. Selama dalam satu masyarakat ada
sesuatu yang dihargai, dan setiap masyarakat mempunyai sesuatu yang
dihargainya, maka barang sesuatu itu akan menjadi bibit yang dapat menumbuhkan
system lapisan dalam masyarakat itu. Barang sesuatu yang dihargai didalam
masyarakat mungkin berupa uang atau benda-benda yang bernilai ekonomis, mungkin
juga berupa tanah, kekuasaan, ilmu pengetahuan, kesalehan dalam agama, atau
mungkin juga keturunan yang terhormat.
Adanya system lapisan masyarakat dapat terjadi dengan
sendirinya (dalam proses pertumbuhan masyarakat itu) tetapi ada pula dengan
sengaja disusun untuk mengejar suatu tujuan bersama.
B . Saran
Bagi
masyarakat dalam menghadapi perubahan sosial dan perubahan kebudayaan terlebih
harus memfilter jika pengaruhnya dari luar, karena perubahan ini datang nya
dari budaya luar atau karena pengaruh teknologi yang nantinya bisa
menghilangkan kebudayaan kita sendiri. Dan memang perubahan sosial terjadi
dengan cepat jika kita tinggalnya di perkotaan dan lambat terjadinya yang
tinggal dipedesaan.
DAFTAR
PUSTAKA
Idi, Abdullah.2011.Sosiologi
Pendidikan:Individu, Masyarakat dan
Pendidikan.Jakarta:PT Rajagrafindo Persada
Martono, Nanang.2011.Sosiologi
Perubahan Sosial:Perspektif Klasik, Modern.
Posmodern dan Psokolonial.Jakarta:PT Rajagrafindo
Persada.
Soekanto, Soejono.2010.Sosiologi
Suatu Pengantar.Jakarta:PT Rajagrafindo Parsada.
Ahmadi, Abu.2007.Sosiologi
Pendidikan.Jakarta:PT Rineka Cipta.
Syamsir dan Burmawi.2003.Buku Ajar:Pengantar
Sosiologi.Padang:UNP